Kentutlah semerdu mungkin di hadapannya. Jika dia tertawa lebar, maka dia benar sahabatmu. Sahabatmu adalah dia yang menerimamu apa adanya.
.. Dan Indramayu bagiku, bukan sekadar rumah berteduh, lebih dari itu, dia seperti seorang Ibu; Melahirkan kerinduan, merawat kenangan, dia tempat hatiku dibesarkan.
Tak kutemukan jarak paling jauh, melebihi daripada diammu.
Diam adalah lingkaran sepasang tangan yang paling dingin.
Rasionalitas politik dan ekonomi, dapat merasionalisasi apa saja, termasuk iman. Ketulusan dan keluguan umat beragama, sangat mudah dikapitalisasi demi kepentingan kalkulasi rasional. Adakah yang lebih memuaskan daripada gila kuasa dan perayaan keserakahan?
Ideologi akan berakhir, jika ia hanya sekadar jargon dan sebatas dimumikan sebagai kesadaran palsu. Kosong sebagai alat kritik pembangunan yang sedang dijalankan.
Betapa tidak mudahnya memadukan antara demokrasi sebagai proses dengan hasilnya. Pada awalnya, tujuan demokrasi adalah mencari pilihan terbaik di antara yang terburuk: agar suara rakyat menjadi tuan rumah atas kehendaknya sendiri. Asumsinya, suara mayoritas adalah suara terbaik. Karena itu, demokrasi substansial membutuhkan sejumlah syarat; Mulai dari melek politik, sampai kemapanan kebudayaan.
Kemenangan politik selalu dihitung atas besaran kekuasaan yang diperoleh. Kemenangan moral hanya dilihat dari keluasan nilai yang diberikan. Kekuasaan dikerumuni kenikmatan. Moralitas ditemani kesunyian.
Setiap hari orang-orang sibuk meludah kata, tanpa tahu bagaimana cara mengunyahnya. Setiap hari orang-orang sibuk berkumur-kumur kata, tanpa tahu bagaimana cara menelannya.
Bangsa merdeka tidak akan menjajah sendiri kemerdekaannya. Negara merdeka tidak akan memperkaya penguasa atas kemelaratan rakyatnya. Mari merdeka dengan menggenggam maknanya.
Kekasih, Jangan garami kopiku dengan kesedihanmu. Relakan rasa pahitnya menggantikan dukamu.
Duka terbuat dari air mata yang diusir dari kediamannya.
Masa lalu tidak akan menjadi guru bagimu, selagi, penyesalanmu tidak pernah kamu didik.
Membenci adalah upaya fermentasi. Dengan membenci, kau tidak berarti melenyapkan dia. Kau hanya merubahnya menjadi sosok yang lain.
Seperti kenangan, ia adalah jasad yang mati sebab kepergianmu. Setelah itu, bumi tenggelam. Karena tak lagi sanggup menampung penghuni kedua mataku.
Sementara, bumi semakin sempit dihuni banyak kenangan-kenangan umat manusia, hatiku justru terlalu sempit hanya karena menampung satu nama: Kamu.
Tak peduli bagaimana pun rasa sakit itu akan membekas, percayalah, tidak ada kenangan indah yang benar-benar mati. Ia akan tetap menjalar. Sampai kapan pun.
Setiap orang memiliki kutub berbeda pada dirinya. Seperti magnet. Sebaik apapun dia, tidak semua orang akan menyukainya. Begitulah hidup.
Dari Ibu, aku belajar indahnya berbagi. Berbagi makan dalam kandungannya, berbagi minum dalam pangkuannya. Dari Ibu, aku belajar indahnya berbagi. Berbagi nyawa dalam rahimnya, berbagi surga dalam do'anya.
Demi kopi yang mencintai pahit atas dirinya, aku rela membunuh malamku meski harus dikutuk kantuk; dan dipenjara insomnia.