Waktu berjalan ke Barat di waktu pagi hari matahari mengikutiku di belakang. Aku berjalan mengikuti bayang-bayangku sendiri yang memanjang di depan. Aku dan matahari tidak bertengkar tentang siapa di antara kami yang telah menciptakan bayang-bayang, aku dan bayang-bayang tidak bertengkar tentang siapa di antara kami yang harus berjalan di depan.
sekali berarti sesudah itu mati
Tak kutemukan jarak paling jauh, melebihi daripada diammu.
Diam adalah lingkaran sepasang tangan yang paling dingin.
Kekasih, Jangan garami kopiku dengan kesedihanmu. Relakan rasa pahitnya menggantikan dukamu.
Duka terbuat dari air mata yang diusir dari kediamannya.
Seperti kenangan, ia adalah jasad yang mati sebab kepergianmu. Setelah itu, bumi tenggelam. Karena tak lagi sanggup menampung penghuni kedua mataku.
Sementara, bumi semakin sempit dihuni banyak kenangan-kenangan umat manusia, hatiku justru terlalu sempit hanya karena menampung satu nama: Kamu.
Apapun bentuknya, kata tetap kata, ia punya sihir terhadap para pembacanya.
Saat kehilangannya, hanya ada dua pilihan untuk membuat hatimu kembali bernyawa. Pertama, kau bisa memilih kembali mencinta dan berhak hidup bahagia. Segera melupakan dia yang tak mungkin bersamamu saat tua. Kedua, kau perlu benar-benar beristirahat untuk menyembuhkan segala luka. Menolak segala cinta untuk memperbaiki diri menjadi lebih bijaksana. Hanya dua pilihan, alasan mengapa pada akhirnya kau cepat memiliki pasangan, atau bertahan dalam kesendirian.
Dari Ibu, aku belajar indahnya berbagi. Berbagi makan dalam kandungannya, berbagi minum dalam pangkuannya. Dari Ibu, aku belajar indahnya berbagi. Berbagi nyawa dalam rahimnya, berbagi surga dalam do'anya.
Demi kopi yang mencintai pahit atas dirinya, aku rela membunuh malamku meski harus dikutuk kantuk; dan dipenjara insomnia.
Kekasih, sederas-derasnya hujan, langit tak akan tenggelam. Begitulah seharusnya cinta.
Ada hal yang lebih aku takuti dari kehilanganmu, yaitu saat aku ingat bahwa aku akan kehilanganmu.
Kopi dan perempuan, mereka saudara kembar. Dua-duanya keras kepala perihal rasa.
Ketika rindu tiba mendahului semua teori, penolakan seperti apa yang bisa kuperbuat selain menerima kejatuhannya?
Siapa Aku? Klaim kebenaran menggurita. Mimpi membunuh tidurnya. Baju Tuhan berhamburan. Sabda seharga jajanan. Panas melahap sepiring api. Gelap lupa hitamnya sendiri. Bintang menjajakan jumlah. Semesta kehilangan wajahnya.
Mana yang lebih pahit; Kopi tanpa cumbuan gula, atau rindu yang dibiarkan gigil tanpa nama?
Rindu tidak tersusun dari batas peta. Tetapi, dari seberapa luas kau mengingatnya. Rindu tidak diciptakan oleh jarak. Ia lahir sebab keberadaan. Sedekat apapun jarak kalian, selama tidak pernah tinggal di hati dan ingatan, rindu tidak akan pernah ada.
Dengan memagut secangkir kopi, aku berlindung dari godaan kesepian yang merasuk.